Arsitektur
Masjid Sumenep
Masjid Agung Sumenep merupakan salah satu masjid dari sepuluh masjid tertua
atau kuno di Indonesia. Menurut Heuken(2003: 16) “Dalam UU No. 5 tahun 1992
tentang Benda Cagar Budaya, untuk menetapkan usia bangunan tua yang mesti
dilindungi karena sudah menjadi warisan budaya yang mesti dilindungi adalah 50
tahun. Usia ini sebenarnya terlalu pendek untuk menyatakan sebuah masjid sudah
tua apalagi kuno. Dan, jika ukuran usia itu dipergunakan, maka menurut sebuah
perkiraan terdapat lebih dari 10.000 masjid tua dan kuno di seluruh Indonesia”.
Masjid Agung Sumenep memiliki corak
arsitektur yang sangat menarik. Terdapat berbagai perpaduan budaya dalam
pembangunan masjid ini, yaitu perpaduan arsitektur khas Madura, Cina, Arab, Persia, Jawa,
India, dan Eropa. Hal ini dikarenakan banyak terdapat berbagai macam etnis, sehingga membentuk
struktur bangunan lengkap dengan ornamen yang menghias bangunan ini secara
keseluruhan.
Struktur bangunan secara keseluruhan
menggambarkan tatanan kehidupan masyarakat yang rumit di saat itu. Jalinan
hubungan antaretnik yang hidup di Madura dapat disaksikan dari bangunan utuh
dari sosok masjid Agung Sumenep ini.
Model akulturasi budaya yang ada di
masa silam, secara jelas masih bisa dinikmati sekarang. Yaitu dengan melihat
kekayaan detil arsitektural yang ada di masjid Jami’ Sumenep. Walaupun pada
sekitar tahun 90-an masjid ini mengalami pengembangan, dengan renovasi pada
pelataran depan, kanan dan kirinya. Namun demikian tidak mengurangi
eksotismenya hingga sekarang.
1.
Pintu gerbang Masjid Agung Sumenep
Pada bagian depan, dengan pintu
gerbang yang seperti gapura besar, beberapa orang berpendapat juga
menampakkan adanya corak kebudayaan Portugis. Konon, masjid Agung Sumenep
merupakan salah satu dari sepuluh masjid tertua di Indonesia dengan corak
arsitektur yang khas. Corak perpaduan budaya Portugis atau budaya Eropa
sangat kental jika dilihat dari hiasan yang ada pada dinding pintu gerbang
masjid ini. Sepintas kita amati, bentuk bangunan pintu gerbang Masjid Agung
Sumenep ini hampir menyerupai bentuk bangunan benteng.
2.
Pintu masuk Masjid Agung Sumenep
Pada pintu
masuk masjid, dapat kita jumpai daun pintu yang bercorak ukiran asli Madura.
Pintu masuk tersebut memiliki warna hijau tua yang sangat kontras dengan pilar
atau tiang penyangga pada teras masjid, namun menjadikan bangunan ini indah dan
bagus.
3.
Tempat ibadah di dalam Masjid Agung Sumenep
Dalam tempat
ibadah Masjid Agung Sumenep, terdapat ornamen yang dipertegas dengan warna-warna menyala,
menggambarkan corak bangunan dari Gujarat-Cina. Semakin kental atmosfirnya
ketika berada di bagian dalam bangunan utama, karena terdapat berbagai hiasan keramik
Cina berwarna biru yang sangat indah.
1.
Mimbar
Mimbar yang
berada pada Masjid Agung Sumenep ini digunakan untuk Sholat Jumat. Namun, untuk
ciri khas pada mimbar, Masjid Agung Sumenep tidak memiliki ciri khusus,
melainkan sama seperti mimbar masjid pada umumnya.
2.
Mihrab
Mihrab Masjid
Agung
Sumenep yang berusia 799 tahun ini, memiliki sejarah yang sangat besar. Dengan
ciri khas demikian, maka Masjid Agung Sumenep sangatlah mungkin dijadikan salah
satu Benda Cagar Budaya.
4.
Kubah
Menurut
Soebadyo (2002: 95), “FDK Bosch membandingkan bentuk kubah masjid dengan brahmamula,
tempat inti kesatuan Ilahi dalam alam semesta Hindu”. Bangunan
bersusun dengan puncak bagian atas menjulang tinggi mengingatkan bentuk-bentuk
candi yang menjadi warisan masyarakat Jawa. Kubah Masjid Agung Sumenep berbentuk tajuk
juga merupakan kekayaan alami pada desain masyarakat Jawa. Kubah kecil
di puncak bangunan yang ada di sudut kanan-kiri halaman masjid, sangat mungkin
mewakili arsitektur Arab-Persia. Penerapannya tidak semata-mata, terdapat
sejumlah modifikasi yang berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat
setempat.
5.
Tiang-tiang penyangga
Selain berbagai ornamen
yang bercorak khas Cina, pada bagian dalam Masjid ini juga terdapat banyak
tiang-tiang atau pilar yang memperkokoh bentuk bangunan Masjid Agung Sumenep.
Tiang-tiang ini tentu saja berbeda dengan tiang penyangga(soko guru dan soko
tatal) dari Masjid Agung Demak.