Pages

Search This Blog

Tuesday, May 8, 2012

MASJID AGUNG SUMENEP (1)



Standar Kompetensi:
·         Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia dari negara tradisional, kolonial, pergerakan kebangsaan, hingga terbentuknya negara kebangsaan sampai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Kompetensi Dasar:
·         Kemampuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi Arsitektur Masjid Agung Sumenep
Materi Pokok:
·         Arsitektur Masjid Agung Sumenep
Indikator:
·         Mengidentifikasi bentuk-bentuk arsiterktur Masjid Agung Sumenep sebagai masjid kuno di Sumenep

MASJID AGUNG SUMENEP (2)


Arsitektur Masjid Sumenep
Masjid Agung Sumenep merupakan salah satu masjid dari sepuluh masjid tertua atau kuno di Indonesia. Menurut Heuken(2003: 16) “Dalam UU No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, untuk menetapkan usia bangunan tua yang mesti dilindungi karena sudah menjadi warisan budaya yang mesti dilindungi adalah 50 tahun. Usia ini sebenarnya terlalu pendek untuk menyatakan sebuah masjid sudah tua apalagi kuno. Dan, jika ukuran usia itu dipergunakan, maka menurut sebuah perkiraan terdapat lebih dari 10.000 masjid tua dan kuno di seluruh Indonesia”.
            Masjid Agung Sumenep memiliki corak arsitektur yang sangat menarik. Terdapat berbagai perpaduan budaya dalam pembangunan masjid ini, yaitu perpaduan arsitektur khas Madura, Cina, Arab, Persia, Jawa, India, dan Eropa. Hal ini dikarenakan banyak terdapat berbagai macam etnis, sehingga membentuk struktur bangunan lengkap dengan ornamen yang menghias bangunan ini secara keseluruhan.
            Struktur bangunan secara keseluruhan menggambarkan tatanan kehidupan masyarakat yang rumit di saat itu. Jalinan hubungan antaretnik yang hidup di Madura dapat disaksikan dari bangunan utuh dari sosok masjid Agung Sumenep ini.
            Model akulturasi budaya yang ada di masa silam, secara jelas masih bisa dinikmati sekarang. Yaitu dengan melihat kekayaan detil arsitektural yang ada di masjid Jami’ Sumenep. Walaupun pada sekitar tahun 90-an masjid ini mengalami pengembangan, dengan renovasi pada pelataran depan, kanan dan kirinya. Namun demikian tidak mengurangi eksotismenya hingga sekarang.

1.       Pintu gerbang Masjid Agung Sumenep
Pada bagian depan, dengan pintu gerbang yang seperti gapura besar, beberapa orang berpendapat juga menampakkan adanya corak kebudayaan Portugis. Konon, masjid Agung Sumenep merupakan salah satu dari sepuluh masjid tertua di Indonesia dengan corak arsitektur yang khas. Corak perpaduan budaya Portugis atau budaya Eropa sangat kental jika dilihat dari hiasan yang ada pada dinding pintu gerbang masjid ini. Sepintas kita amati, bentuk bangunan pintu gerbang Masjid Agung Sumenep ini hampir menyerupai bentuk bangunan benteng.


2.       Pintu masuk Masjid Agung Sumenep
Pada pintu masuk masjid, dapat kita jumpai daun pintu yang bercorak ukiran asli Madura. Pintu masuk tersebut memiliki warna hijau tua yang sangat kontras dengan pilar atau tiang penyangga pada teras masjid, namun menjadikan bangunan ini indah dan bagus.

3.       Tempat ibadah di dalam Masjid Agung Sumenep
Dalam tempat ibadah Masjid Agung Sumenep, terdapat ornamen yang dipertegas dengan warna-warna menyala, menggambarkan corak bangunan dari Gujarat-Cina. Semakin kental atmosfirnya ketika berada di bagian dalam bangunan utama, karena terdapat berbagai hiasan keramik Cina berwarna biru yang sangat indah.
1.       Mimbar
Mimbar yang berada pada Masjid Agung Sumenep ini digunakan untuk Sholat Jumat. Namun, untuk ciri khas pada mimbar, Masjid Agung Sumenep tidak memiliki ciri khusus, melainkan sama seperti mimbar masjid pada umumnya.
2.       Mihrab
Mihrab Masjid Agung Sumenep yang berusia 799 tahun ini, memiliki sejarah yang sangat besar. Dengan ciri khas demikian, maka Masjid Agung Sumenep sangatlah mungkin dijadikan salah satu Benda Cagar Budaya.
  
4.       Kubah
Menurut Soebadyo (2002: 95), “FDK Bosch membandingkan bentuk kubah masjid dengan brahmamula, tempat inti kesatuan Ilahi dalam alam semesta Hindu”. Bangunan bersusun dengan puncak bagian atas menjulang tinggi mengingatkan bentuk-bentuk candi yang menjadi warisan masyarakat Jawa. Kubah Masjid Agung Sumenep berbentuk tajuk juga merupakan kekayaan alami pada desain masyarakat Jawa. Kubah kecil di puncak bangunan yang ada di sudut kanan-kiri halaman masjid, sangat mungkin mewakili arsitektur Arab-Persia. Penerapannya tidak semata-mata, terdapat sejumlah modifikasi yang berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat setempat.

5.       Tiang-tiang penyangga
Selain berbagai ornamen yang bercorak khas Cina, pada bagian dalam Masjid ini juga terdapat banyak tiang-tiang atau pilar yang memperkokoh bentuk bangunan Masjid Agung Sumenep. Tiang-tiang ini tentu saja berbeda dengan tiang penyangga(soko guru dan soko tatal) dari Masjid Agung Demak.

Friday, April 27, 2012

RAHASIA 17 AGUSTUS 1945 YANG TIDAK DIKETAHUI


Top of Form
RAHASIA 17 AGUSTUS 1945 YANG TIDAK DIKETAHUI

Tujuh belas Agustus merupakan hari besar kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut, 65 tahun yang lalu merupakan hari paling bersejarah negeri ini karena di hari itulah merupakan awal dari kebangkitan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan sekaligus penanda awalnya revolusi. Namun, ada beberapa hal menarik seputar hari kemerdekaan negeri kita tercinta ini yang sayang jika belum Anda ketahui.


1. Soekarno Sakit Saat Memproklamasikan Kemerdekaan
Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00 (2 jam sblm pembacaan teks Proklamasi), ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Saat itu, tepat di tengah2 bulan puasa Ramadhan.
‘Pating greges’, keluh Bung Karno setelah dibangunkan dr Soeharto, dokter kesayangannya. Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta.
Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah. ‘Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!’, ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih. Setelah upacara yang singkat itu, Bung Karno kembali ke kamar tidurnya; masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai.

2. Upacara Proklamasi Kemerdekaan Dibuat Sangat Sederhana
Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor, dan tak ada pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang terjadi pada sebuah upacara sakral yang dinanti-nanti selama lebih dari 300 tahun.

3. Bendera dari Seprai
Bendera Pusaka Sang Merah Putih adalah bendera resmi pertama bagi RI. Tetapi dari apakah bendera sakral itu dibuat? Warna putihnya dari kain sprei tempat tidur dan warna merahnya dari kain tukang soto!

4. Akbar Tanjung Jadi Menteri Pertama “Orang Indonesia Asli”
Setelah merdeka 43 tahun, Indonesia baru memiliki seorang menteri pertama yang benar-benar ‘orang Indonesia asli’. Karena semua menteri sebelumnya lahir sebelum 17 Agustus 1945. Itu berarti, mereka pernah menjadi warga Hindia Belanda dan atau pendudukan Jepang, sebab negara hukum Republik Indonesia memang belum ada saat itu. ‘Orang Indonesia asli’ pertama yang menjadi menteri adalah Ir Akbar Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 30 Agustus 1945), sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Pembangunan (1988-1993)

5. Kalimantan Dipimpin 3 Kepala Negara
Menurut Proklamasi 17 Agustus 1945, Kalimantan adalah bagian integral wilayah hukum Indonesia. Kenyataannya, pulau tersebut paling unik di dunia. Di pulau tersebut, ada 3 kepala negara yang memerintah! Presiden Soeharto (memerintah 4 wilayah provinsi), PM Mahathir Mohamad (Sabah dan Serawak) serta Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei).

6. Setting Revolusi di Indonesia Diangkat Ke Film
Ada lagi hubungan erat antara 17 Agustus dan Hollywood. Judul pidato 17 Agustus 1964, ‘Tahun Vivere Perilocoso’ (Tahun yang Penuh Bahaya), telah dijadikan judul sebuah film – dalam bahasa Inggris; ‘The Year of Living Dangerously’. Film tersebut menceritakan pegalaman seorang wartawan Australia yg ditugaskan di Indonesia pada 1960-an, pada detik2 menjelang peristiwa berdarah th 1965. Pada 1984, film yang dibintangi Mel Gibson itu mendapat Oscar untuk kategori film asing!

7. Naskah Asli Proklamasi Ditemukan di Tempat Sampah
Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh Pemerintah! Anehnya, naskah historis tersebut justru disimpan dengan baik oleh wartawan BM Diah. Diah menemukan draft proklamasi itu di keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik.Pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.

8. Soekarno Memandikan Penumpang Pesawat dengan Air Seni
Rasa-rasanya di dunia ini, hanya the founding fathers Indonesia yang pernah mandi air seni. Saat pulang dari Dalat (Cipanasnya Saigon), Vietnam, 13 Agustus 1945, Soekarno bersama Bung Hatta, dr Radjiman Wedyodiningrat dan dr Soeharto (dokter pribadi Bung Karno) menumpang pesawat fighter bomber bermotor ganda. Dalam perjalanan, Soekarno ingin sekali buang air kecil, tetapi tak ada tempat. Setelah dipikir, dicari jalan keluarnya untuk hasrat yang tak tertahan itu. Melihat lubang-lubang kecil di dinding pesawat, di situlah Bung Karno melepaskan hajat kecilnya. Karena angin begitu kencang sekali, bersemburlah air seni itu dan membasahi semua penumpang.

9. Negatif Film Foto Kemerdekaan Disimpan Di Bawah Pohon
Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat didokumentasikan dan disaksikan oleh kita hingga kini. Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar. Padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang?

10. Bung Hatta Berbohong Demi Proklamasi
Kali ini, Bung Hatta yang berbohong demi proklamasi. Waktu masa revolusi, Bung Karno memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada Jawaharlal Nehru. Cara untuk pergi ke India pun dilakukan secara rahasia. Bung Hatta memakai paspor dengan nama ‘Abdullah, co-pilot’. Lalu beliau berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik, seorang industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM Morarji Desai. Bung Hatta diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan diajak bertemu Mahatma Gandhi.
Nehru adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an dan Dandhi mengetahui perjuangan Hatta. Setelah pertemuan, Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa ‘Abdullah’ itu adalah Mohammad hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah besar kepada Nehru, karena tidak diberi tahu yang sebenarnya.’You are a liar !’ ujar tokoh kharismatik itu kepada Nehru.
Nehru adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an dan Dandhi mengetahui perjuangan Hatta. Setelah pertemuan, Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa ‘Abdullah’ itu adalah Mohammad hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah besar kepada Nehru, karena tidak diberi tahu yang sebenarnya.’You are a liar !’ ujar tokoh kharismatik itu kepada Nehru.

CANDI SINGOSARI











KEBUDAYAAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN DEMAK YANG MASIH BERLANGSUNG HINGGA SEKARANG DI JAWA TENGAH

Upacara Sekaten
Salah satu tradisi atau kebudayaan pada masa Kerajaan Demak yang masih berlangsung hingga sekarang adalah upacara Sekaten. Upacara ini bertujuan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad pada bulan Maulud, atau orang-orang biasanya menyebut dengan kata Maulid Nabi. Hal ini dapat dijelaskan oleh Soebadyo (2002: 62) sebagai berikut.
Perayaan maulud disebut Sekaten. Istilah ini bersal dari kata shahadatain, pengakuan percaya pada agama Islam, “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasulnya”.  Konon dimulai pada saat maulud diperkenalkan oleh Raden Patah di Demak pada awal abad ke-16, ribuan orang Jawa beralih agama Islam dengan mengucapkan syahadatain. Oleh karena itu penggunaan nama sekaten pada perayaan tersebut menjadi terkenal. Perayaan tersebut diteruskan oleh sultan-sultan berikutnya sehingga kemudian menjadi perayaan tahunan. Sekaten juga menjadi lambang kekuatan dan keberanian pendiri kerajaan mataram.

Upacara Grebeg Besar
Upacara grebeg besar tidak dapat di pisahkan dengan keberadaan kompleks Masjid Agung Demak dan kompleks makam Sunan Kalijaga. Upacara grebeg besar telah masuk dalam agenda pariwisata Jawa Tengah. Oleh sebab itu merupakan acara andalan Kabupaten Demak dalam menarik para pengunjung baik dari daerah sekitar maupun dari manca negara. Pengunjung yang datang saat perayaan grebeg besar dikenakan biaya masuk dan merupakan sumber utama pendapatan pemerintahan daerah Kabupaten Demak.
             Perayaan grebeg besar dirayakan setiap satu tahun satu kali, yaitu pada tanggal 10 bulan Zulhijah atau bulan haji. Seminggu sebelum acara pokok dimulai, di alun-alun Demak diadakan pasar malam. Acara persiapan dilakukan 9 Zulhijah atau malam tanggal 10 Zulhijah, yaitu berupa acara persiapan untuk acara puncak pada tanggal 10 Zulhijah di siang hari. Upacara persiapan tersebut dilakukan di Masjid Agung Demak dan di Kadilangu.
            Acara persiapan yang dilakukan di Masjid Agung Demak adalah berupa iring-iringan tumpeng yang berjumlah Sembilan (sebagai simbol Wali Sanga), dari pendopo kabupaten ke Masjid Agung Demak tumpeng sembilan tersebut diiringi oleh tabuhan rebana dan salawatan. Acara iring-iringan tumpeng sembilan ini diselenggarakan sejak tahun 1974 oleh Pemerintah daerah Kabupaten Demak.
             Sesampainya iring-iringan di Masjid Agung Demak, maka dilakukan upacara pembacaan doa untuk arwah leluhur Demak dan untuk keselamatan seluruh masyarakat Demak. Acara malam itu diakhiri dengan pembagian tumpeng kepada seluruh masyarakat yang hadir saat itu. Sebagian besar masyarakat masih percaya bahwa tumpeng tersebut dapat membawa berkah bagi orang yang mendapatkannya. Untuk itulah para pengunjung berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan sebagian dari tumpeng sembilan, meskipun harus dengan jalan ,memperebutkannya. 
            Sementara itu bersamaan dengan acara tumpeng sembilan di Masjid Agung Demak, di Kadilangu juga dilakukan upacara persiapan. Para ahli waris dan keturunan sunan Kalijaga menyelenggarakan selamatan doa untuk para leluhur Kadilangu serta keturunan Sunan Kalijaga yang masih hidup. Acara pembacaan doa tersebut diakhiri dengan pembagian nasi ancak.
            Nasi ancak adalah nasi yang ditempatkan pada ancak. Sedangkan ancak merupakan wadah yang terbuat dari pelepah pisang dan bambu. Mula-mula pelepah pisang dipotong menjadi persegi panjang, dan bambu dibentuk menjadi bilah-bilah dengan ukuran lebar 10 Cm dan panjang 60 Cm yang dianyam menyerupai pagar. Setelah itu, pelepah pisang dan bambu digabungkan menjadi satu hingga membentuk sebuah wadah untuk tempat nasi. Selain ancak, dilakukan juga pembuatan minyak jamas, yaitu minyak yang akan dipakai untuk mencuci pusaka pada puncak acara grebeg syawal. Acara pokok grebeg besar di selenggarakan pada tanggal 10 Zulhijah yaitu setelah sholat Idul Adha dan setelah acara pemotongan hewan kurban. Acara dimulai dengan iring-iringan prajurit yang berjumlah 40 orang (prajurit Pateng Buluhan) yang mengawali minyak jamas dari pendopo kabupaten ke komplek makam Sunan Kalijaga di Kadilangu.
            Pusaka yang dicuci pada saat upacara Grebeg Besar berupa pusaka milik Sunan Kalijaga yaitu baju Antakusuma dan keris Kyai Crubug. Pencucian dilakukan oleh sesepuh Kadilangu yang merupakan ahli waris Sunan Kalijaga. Para pengunjung percaya bahwa minyak jamas yang telah digunakan untuk mencuci pusaka-pusaka tersebut mengandung berkah, sehingga sesepuh yang baru selesai mencuci pusaka tersebut oleh para pengunjung dikerumuni untuk diajak berjabat tangan. Mereka barharap mendapatkan berkah dari minyak jamas yang masih melekat di tangan sesepuh setelah memandikan pusaka-pusaka peninggalan Sunan Kalijaga. Konon, para pengunjung tidak diperkenankan melihat pusaka-pusaka yang sedang dicuci (dijamas). Apabila larangan tersebut dilanggar maka akan menyebabkan kebutaan bagi orang yang melihatnya.

 Upacara Syawalan
            upacara syawalan merupakan upacara terdisional masyarakat demak yang tinggal di sekitar pantai, yaitu berupa upacara sedekah laut. Penyelenggaraan upacara syawalan ini dilakukan pada tanggal 7 Syawal atau 7 hari setelah hari raya Idul Fitri dan bertempat di sekitar muara sungai Gerebeg Besar, acara syawalan ini belum masuk dalam agenda pariwisata Jawa Tengah. Sebagian besar yang datang pada peringatan acara syawalan ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar muara sungai tuntang dan daerah-daerah lainnya di kabupaten Demak. Ada pula yang datang dari daerah di luar kabupaten Demak misalnya Semarang, Kudus , dan daerah lainnya. Acara syawalan ini tidak semeriah acara Grebeg Besar.

PRANATA SOSIAL


(Berikut Ini Adalah Ciri-Ciri dari Pranata Sosial) – Meskipun pranata sosial merupakan sistem norma, tetapi pranata sosial yang ada di masyarakat memiliki ciri serta kekhasan tersendiri yang membedakannya dengan norma sosial. Adapun ciri-ciri atau karakteristik pranata sosial adalah meliputi hal-hal berikut ini.
a. Memiliki Lambang-Lambang/Simbol
Setiap pranata sosial pada umumnya memiliki lambang-lambang atau simbol-simbol yang ter-wujud dalam tulisan, gambar yang memiliki makna serta menggambarkan tujuan dan fungsi pranata yang bersangkutan. Contoh cincin pernikahan sebagai simbol dalam pranata keluarga, burung garuda merupakan simbol dari pranta politik negara Indonesia.

b. Memiliki Tata Tertib dan Tradisi
Pranata sosial memiliki aturan-aturan yang menjadi tata tertib serta tradisi-tradisi baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang akan menjadi acuan serta pedoman bagi setiap anggota masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya dalam pranata keluarga seorang anak wajib bersikap hormat kepada orang tua, namun tidak ada aturan tertulis yang baku tentang deskripsi sikap tersebut. Sementara itu dalam pranata pendidikan ada aturan-aturan tertulis yang wajib dipatuhi semua warga sekolah yang tertuang dalam tata tertib sekolah.

c . Memiliki Satu atau Beberapa Tujuan
Pranata sosial mempunyai tujuan yang disepakati bersama oleh anggota masyarakat. Tujuan pranata sosial kadang tidak sejalan dengan fungsinya secara keseluruhan. Contoh: Pranata ekonomi, antara lain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

d. Memiliki Nilai
Pranata sosial merupakan hasil pola-pola pemikiran dan polapola perilaku dari sekelompok orang atau anggota masyarakat, mengenai apa yang baik dan apa yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian pranata sosial terdiri atas adat istiadat, tradisi atau kebiasaan serta unsur-unsur kebudayaan lain yang secara langsung maupun tidak langsung bergabung dalam suatu fungsi, sehingga pranata sosial tersebut mempunyai makna atau nilai di dalam masyarakat tersebut. Contoh tradisi dan kebiasaan dalam pranata keluarga adalah sikap menghormati atau sikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua.

e. Memiliki Usia Lebih Lama (Tingkat Kekekalan Tertentu)
Pranata sosial pada umumnya memiliki umur lebih lama daripada umur manusia. Pranata sosial pada umumnya tidak mudah berganti atau berubah.

Hal tersebut terbukti dengan banyaknya pranata sosial yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pranata sosial yang telah diterima akan melembaga pada setiap diri anggota masyarakat dalam jangka waktu relatif lama sehingga dapat di-tentukan memiliki tingkat kekekalan tertentu. Contohnya tradisi silaturahmi pada waktu hari raya lebaran, merupakan tradisi turun temurun dari dulu hingga sekarang.
f. Memiliki Alat Kelengkapan
Pranata sosial dan memiliki sarana dan prasarana yang digunakan untuk mencapai tujuan. Misalnya mesin produksi pada sebuah pabrik merupakan sarana dalam pranata ekonomi untuk menghasilkan barang.